Mentawai selalu menyimpan keindahan dan keunikan budaya. Saya beruntung bisa menyaksikan keunikan budaya bumi sikerei ini.
Perjalanan saya ke Mentawai 2018 silam disambut baik oleh senior saya di Kajian Pariwisata UGM. Saya panggil beliau Bang Rusli. Bang Rusli mengajak saya berkeliling menikmati keindahan alam Tuapejat di Kepulauan Mentawai. Salah satunya saya di ajak ke Museum yang berada di Mapadegat. Saya yang menamakannya museum, karena terdapat beberapa peninggalan budaya Mentawai. Bangunan ini lebih tepatnya untuk kegiatan rapat dan keperluan lainnya.
Bangunan ini adalah rumah tradisional suku mentawai yang disebut “uma”. Kalian bisa baca tulisan saya tentang “uma” disini. Uma sangat sulit ditemukan di Tuapejat, lebih banyak keberadaannya di Pulau Siberut.
Di dalam bangunan ini terdapat beberapa peninggalan budaya Suku Sikerei yaitu tas yang disebut “bakklu” dan topi menyerupai topi jerami yang disebut “tobatlelew”.
Bakklu merupakan tas yang dipakai Sikerei untuk menyimpan dedaunan keperluan obat-obatan. Seperti kita tau Suku Sikerei masih menjalankan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan. Ini adalah adat istiadat yang harus dilestarikan. Kepercayaan yang dianut sekelompak (suku) merupakan daya tarik wisata.
Tobatlelew adalah topi yang dipakai oleh ibuk-ibuk untuk keladang.
Selain itu di dinding bangunan terdapat beberapa foto-foto dokumentasi Sikerei dan ornamen yang masih berhubungan dengan suku ini.
Saya masih kurang tau nama bangunan ini apa, tepatnya lupa. Akhirnya saya yang menamakan ini Museum Mapadegat karena disini terdapat peninggalan Sikerei dan berada diperjalanan menuju pantai Mapadegat.
Terimakasih telah membaca. Jika kalian orang Mentawai, silahkan koreksi dan komen jika ada penyampaian saya yang salah. Foto perjalanan ke Mentawai saya abadikan disini.