Merawat Hobi Membaca – Refleksi & Books Review 2024

Satu tahun terakhir menjadi tantangan bagi saya dalam merawat hobi membaca ini.

Keterbatasan waktu hanya menjadi alibi dari sebuah distraksi dan kemalasan. 

Seperti biasa, di penghujung tahun selalu ada resolusi dan target jangka pendek serta panjang yang ingin dicapai. Pun demikian, di Desember tahun 2023 saya menargetkan ingin membaca setidaknya 12 buku di tahun 2024.

Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, saya tidak memiliki arsip yang bagus dalam merawat hobi ini. Jadi, saya memaksakan diri untuk langsung mencatat dan mereview buku yang “tamat” dibaca dalam koleksi catatan pribadi. Hal ini sangat membantu dalam mendokumentasikan isi buku-buku.

“tamat” lima huruf yang sulit dicapai dalam membaca sebuah buku.  Apalagi saya sering terlena berselancar dengan keyword-keyword “Popular Recommended Books” di Goodreads. Mengoleksi buku-buku yang ingin dibaca tapi sulit untuk selesai hingga kata “tamat”.

Saya tidak akan membahas berapa buku yang saya koleksi di tahun ini, akan tetapi saya akan membahas buku yang berhasil ditempuh hingga kata “tamat”.

Membaca Buku Rapijali Sembari Menikmati Keindahan Batu Karas

Setelah saya refleksi melalui catatan books review 2024, 8 buku berhasil menenggelamkan saya hingga kata “tamat”. Januari dan Februari adalah masa kejayaan hobi ini. Karena pada dua bulan ini, saya memiliki banyak waktu luang. Sembari menunggu SK Promotor sehingga saya memiliki banyak waktu tanpa mengganggu prioritas utama yang harus saya dahulukan

JANUARI

1. Aroma Karsa – Dee Lestari

Buku pertama yang tepat yang saya pilih untuk mengawali tahun 2024. Perjalanan Jati Wesi dan Tanaya Sukma merefleksikan sebuah perjalanan panjang yang tidak mudah dalam mencapai kesuksesan. Kerja keras dan ketekunan Jati Wesi yang awalnya hanya pemulung di TPS Kali Gebang, membawanya bisa sekolah hingga ke Prancis. Merefleksikan perjalanan saya dari Palak Lawe nun jauh disana, berjuang sendirian di perantauan demi menjadi pribadi yang selalu bertumbuh lebih baik. Ada pengkhianatan, kecurangan, dan ambisi yang dilakukan oleh Raras Prayagung kepada Jati Wesi dan Tanaya Sukma.

2. Rapijali 1 Mencari – Dee Lestari

Cerita perjalanan Ping yang “diadopsi” ayah kandungnya Guntur ke Jakarta karena kakeknya meninggal di Batu Karas. Ping pindah ke Jakarta meninggalkan teman dari masa kecilnya. Pindah ke jakarta berstatus “anak angkat” oleh ayah kandung yang menyembunyikan hubungannya dengan ibu Ping yang sudah lama meninggal.  Novel karya Dee Lestari ini memiliki 3 series. Novel yang ringan yang memotret realitas kehidupan remaja dan konflik keluarga.

3. Tell me your dreams – Sidney Sheldon

Menjadi buku yang saya rekomendasikan untuk dibaca dan tenggelam hingga “tamat”.

Novel yang bercerita mengenai Multiple Personality Disorder, tepatnya 3 karakter yang berbeda dalam satu orang.  Karakter utama Ashley Patterson yang tanpa disadari melakukan sesuatu yang berbahaya. Saya tidak ingin membahas banyak tentang buku ini, khawatir spill the tea sehingga mengurangi kenikmatan teman-teman dalam menyelaminya.

Ada satu pelajaran yang saya dapatkan, trauma masa kecil bisa mengakibatkan penyakit mental yang sangat berbahaya.

Jangan menyepelekan trauma dan obati trauma yang ada. Karena penyakit mental sangat-sangat berbahaya.

FEBRUARI

4. Laut Bercerita – Laila S. Chudori

Buku ini berseliweran menjadi perbincangan hangat di twitter. Membawa pembaca merasakan kembali masa-masa kelam politik Indonesia  di tahun 1998. Laut Biru menjadi karakter utama yang mengkisahkan aksi penculikan aktivis pada masa itu. Penyiksaan yang sangat kejam membuat hati ini meronta-ronta dan mempertanyakan dimanakah hati nurani seseorang? Bagaimana bisa memperlakukan orang-orang secara tidak manusiawi? Kisah ini juga menceritakan pengkhianatan yang sangat bisa dilakukan oleh orang terdekat yang tidak pernah kita duga. Masa kelam ini membawa luka dan trauma bagi keluarga korban penculikan.

Dan ternyata, hal yang paling menyakitkan bukanlah penyiksaan, akan tetapi pengkhianatan. 

PS: Apakah di zaman sekarang para aktivis mahasiswa mengedepankan logika atau hanya terjebak dengan retorika politik dan menjilat kekuasaan penguasa? 

5. Dopamine Detox – Thibaut Meurisse

Bukan tanpa alasan buku ini saya masukan dalam list. Berawal dari kesadaran akan kecanduan yang berlebihan dalam mengkonsumsi sosial media. Kesadaran yang menghantarkan untuk mencari bacaan: bagaimana caranya membatasi konsumsi yang sudah tidak sehat ini.

Perkembangan sosial media secara tidak langsung berdampak pada peningkatan konsumsi konten-konten yang menyenangkan otak. Hal ini mengganggu produktifitas, daya fokus menurun, mudah terdistraksi, dan banyak hal negatif lainnya. Lantaran berselancar di sosial media membuat waktu terasa lebih cepat dan berdampak tidak bagus bagi otak. 

Buku ini mengajarkan saya bagaimana menyikapi dan menggunakan sosial media secara bijak. Walaupun terkadang ada masanya di waktu-waktu tertentu saya menghabiskan waktu yang cukup banyak berselancar. Akan tetapi, saya menjadi sadar kapan harus berhenti dan kapan harus menikmati. Mindfulness menjadi pesan yang tersurat dan ditekankan dalam segala aktivitas yang kita dilakukan. Mudah untuk diucapkan tapi bisa dilatih untuk dilakukan.

6. Pulang Laila S. Chudori

“Hidup penuh dengan pilihan, ketika tidak memilih pun adalah sebuah pilihan”

Terinspirasi dari kisah G30S PKI yang menceritakan perjalanan Dimas yang terbuang di daratan eropa akibat gejolak perpolitikan PKI pada masa itu. Gerakan ini berdampak pada semua keluarga yang berbau “kiri”. Insiden politik yang mengkambing hitamkan siapa saja, termasuk orang yang tidak bersalah. 

Perjalanan Dimas dan buangan politik lainnya dikisahkan dalam membangun hidup dan keluarga di daratan asing. Konflik diaspora, kisah cinta, dan perjalanan Lintang Utara buah hati Dimas dan Vivien gadis dari Paris dalam mencari dan meneliti tahanan politik yang dibuang. Menjadi buku pelengkap dalam meneropong kisah kelam perpolitikan Indonesia di masa lalu. Bagaimana di masa yang akan datang? Semoga kita bangsa yang belajar dari sejarah kelam dan terus berinovasi melakukan perubahan dengan berpegang teguh pada dasar negara. Bukan dasar untuk kepentingan satu kelompok semata.

MARET – AGUSTUS

Membaca beberapa buku, tapi sulit untuk tenggelam hingga kata “tamat”. Memprioritaskan prioritas utama yaitu mengerjakan proposal disertasi yang membutuhkan fokus dan waktu. 

SEPTEMBER

7. Alam Pikiran Yunani – Bung Hatta

“Mereka yang merantau makmur hidupnya, orang yang makmur memiliki waktu longgar untuk memperkuat kemulian hidup dengan seni dan buah pikiran”.

Bergelut dengan proposal disertasi ini membuat saya menjadi anak “perpustakaan”. Menjelajah dari satu ruang ke ruangan lain untuk mencari base camp yang “nyaman”. Hingga saya menemukan kenyamanan itu di sudut Koleksi Hatta dan Koleksi Langka Perpustakaan UGM. Minggu-minggu berlalu, saya menjadi penghuni tetap di ruangan ini. Disela-sela istirahat saya menyempatkan diri untuk melihat koleksi buku yang ada. Mulai dari sejarah Candi Borobudur yang dilengkapi dengan dokumentasi pemugaran dari masa penemuan hingga awal tahun 2000an. Hingga meminang dan membaca koleksi Bung Hatta yang berjudul Alam Pikir Yunani.

Sebagai orang Minang, tentu saya sangat bangga dan sangat kagum dengan kepintaran dan ketekunan bapak proklamator ini. Ingin sekali saya menyelami pemikiran Bung Hatta melalui buku yang ditulisnya. Dan saya memulai melalui buku ini. Buku yang ditulis Hatta pada masa perasingan di Banda Neira dan dijadikan maskawin pernikahannya. 

Melalui buku ini, Bung Hatta menuangkan pemikirannya mengenai filsuf-filsuf pada masa Yunani Kuno. Menuangkan dan menjabarkan pemikiran filsuf dari Thales (Bapak Filsuf Yunani) berserta penerus-penerus pemikiran filosofis lainya.

Filsafat perlu dipelajari untuk memperluas cara pandang dan mempertajam pikiran. Meskipun buku yang ditulis Bung Hatta ini memiliki tatanan bahasa yang cukup kaku dan mungkin belum menarik bagi anak muda sekarang karena ditulis pada tahun 1941. Teman-teman bisa memulai mengenal dan belajar filsafat  melalui novel Sophie’s World. Buku yang sudah saya baca dari tahun 2022 tapi belum sampai pada kata akhir “tamat”. Tetapi sangat menarik untuk dibaca.

DESEMBER

8. Rapijali 2 Menjadi – Dee Lestari

Perjalanan panjang untuk sampai kata “tamat” pada buku ini.

Berawal dari road trip, liburan singkat ke Batu Karas Agustus lalu. Saya ingin merasakan experiences “mengejar Rapijali hingga ke Batu Karas”. Membaca langsung novel ini di lokasi yang digambarkan pada cerita ini. Sebuah perjalanan wisata yang menyenangkan. Membaca dan berada si setting-setting lokasi yang ada dibuku ini, membuat saya bisa membayangkan kehadiran Ping, Rakai, dan Oding saat menyusuri Green Canyon. Akan saya buat cerita terpisah tentang perjalanan ini. Teman-teman harus mencoba experiences ini. Seperti membaca Aroma Karsa ketika berlibur di Gunung Lawu sehingga bisa langsung merasakan pertempuran “goib” yang ada disana.

Saya baru menempuh kata “tamat” buku ini pada hari ini sebelum saya menyelesaikan tulisan ini. Karena Oktober dan November saya merasakan waktu 24 jam itu kurang. Sehingga buku ini tertumpuk dan tenggelam bersama buku-buku lainnya. 

Series ke-2 ini bercerita tentang perjalanan Rapijali dalam mengikuti kompetisi Band Idola. Semua anggota Rapijali berlibur ke Batu Karas, pertemuan Oding dengan Rapijali, kisah cinta segi lima anak remaja. Buku yang ringan untuk mengisi waktu luang. Tentunya Series ke-3 telah saya masukan dalam list buku di tahun 2025.

Sekian review buku di tahun 2024 ini. Tetap semangat merawat hobi membaca. Jangan lupa untuk di review dan diarsipkan.

Di Desember 2024 ini, saya tetap menargetkan membaca 12 buku untuk tahun 2025.

Kalau untuk membaca sudah berapa jurnal dibaca jangan ditanya yaa? Saya punya excel sendiri dalam mengarsipkannya . 

Terimakasih sudah mampir. Sampai ketemu lagi dicerita selanjutnya. 

 

Leave a Reply