‘Uma’ Rumah Tradisional Suku Mentawai

Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Mentawai tanpa mengunjungi Uma, Rumah Tradisional Suku Mentawai.

Tapi, sangat disayangkan, keberadaan Uma tidak ditemukan disemua pulau di Mentawai. Uma dan suku “sikerei” hanya bisa ditemukan di Pulau Siberut Mentawai. Uma sebagian besar bisa ditemukan di pedalaman Pulau Siberut. Identitas Suku Sikerei ini mulai terancam punah. Oh iya, buat kalian yang sedang merencanakan perjalanan ke Mentawai bisa baca tulisan ku transportasi menuju Mentawai untuk referensi.
Berfoto bersama pemilik Uma

Bagian Uma

Rumah yang berbentuk panggung ini, tidak memiliki sekat ruang dan pintu, menyerupai bangunan lepas (hall). Pembagian ruang pada Uma cukup sederhana, terdiri dari 2 bagian: bagian depan dan bagian dalam. Bagian depan, terdiri dari serambi yang terbuka menyerupai teras. Bagian dalam, menjadi bagian utama yang mencakup tempat tidur untuk keluarga, tanpa sekat dan hanya ditutup menggunakan kelambu. Selain itu, di bagian dalam juga terdapat tungku perapian yang digunakan untuk memasak dan tempat berkumpul keluarga. 
 
Bagian tengah uma dilengkapi tunggu untuk memasak dan berkumpul
Ciri khas dari rumah paggung ini adalah akses masuk bukan berbentuk tangga seperti rumah panggung pada umumnya melainkan batang kayu yang dibentang dari bagian depan rumah ke tanah. Sangat unik. Bagian bawah uma, akan dimanfaatkan sebagai kandang ternak. Biasanya untuk ternak babi dan hewan lainnya. Uma memiliki pekarangan depan dan belakang yang luas. Pekarangan ini akan ditanam dengan pohon sagu atau kebutungan pengobatan bagi Sikerei.

Konstruksi dan Fungsi Uma

Uma serupa dengan rumah tradisional lainnya, yang berbahan utama kayu. Uma memiliki panjang kurang lebih 30 meter, dengan lebar 10 meter serta tinggi sekitar 7 meter. Bagunan yang cukup luas ini  bisa dihuni oleh 5 hingga 7 kepala keluarga dari satu garis keturunan yang sama.  Uma juga difungsikan sebagai tempat upacara adat, berkumpul kerabat serta ritual pengobatan.Kayu kayu yang di gunakan adalah kayu meranti.
Bagian unik dari uma adalah akses menuju masuk bukan menggunakan tangga
Atap uma menggunakan daun sagu kering yang dianyam atau disebut tobat. Uma di bangun menggunakan teknik pasak dengan kayu dengan teknik ikat, tusuk, sambungan pangku, dan sambungan takik tanpa menggunakan paku. Kontrusi bangunan uma merupakan bangunan yang tahan gempa. Sangat cocok, mengingat Mentawai adalah daerah patahan yang sering terjadi gempa.
Bagian depan uma di hiasi dengan ukiran burung dan binatang

Hiasan tengkorak di beberapa bagian Uma

Setiap Uma akan dihiasi dengan hasil buruan. Hasil buruan berupa tengkorak tengkorak yang akan di gantung di bagian depan maupun bagian dalam uma. Selain itu, juga terdapat tombak dan senjata perburuan. Semakin banyak tengkorak hasil buruan pemilik uma, semakin pemilik uma disegani karena kepiawaiannya dalam berburu.
Tengkorak binatang di gantung di depan Uma
Hal yang selalu ditemui di setiap Uma adalah patung burung yang terbuat dari kayu atau ukiran burung di dinding Uma. Patung burung akan digantung di bagian tengah Uma. Konon, patung burung melambangkan mainan untuk roh roh leluhur yang berkunjung ke Uma. Sangat menabjubkan.
Sikerei dan Uma
Sekarang ini, keberadaan uma mulai berkurang. Hal terjadi karena pergeseran bangunan Uma menjadi bangunan permanen. Sangat disayangkan, mengingat Uma adalah rumah tradisional dari suku asli Mentawai.

2 Comments Add yours

Leave a Reply