Dieng Culture Festival 2019

Festival tahunan yang diadakan di dataran tinggi Dieng ini selalu ramai dikunjungi wisatawan.

Dari beberapa rangkaian acara, hal yang paling dinantikan wisatawan adalah Jazz diatas gunung, festival lampion dan ritual pemotongan rambut gimbal. Saya akan berkunjung ke Dieng pada malam terakhir festival yang bertepatan dengan festival lampion pada tanggal 3 sampai 4 Agustus 2019.

Festival Lampion Pertama Fondina

Rencana yang cukup mendadak, saya berangkat dari Jogja menggunakan kendaraan pribadi pukul 4 sore. Saya sudah memprediksi sulit untuk mendapatkan penginapan, karena homestay sudah full dan tentunya pilihan terakhir adalah tidur dimobil. Hahahhahaha, tak masalah punk mah bebas. Saya sudah mempersiapkan perlengkapan untuk berkunjung, mengingat Dieng sangat dingin, mulai dari beberapa jaket, kaos kaki, sarung tangan, bantal, selimut tebal.

Perkiraan pukul 8 malam saya sudah di vanue acara. Sedikit molor setengah jam, karena macet nyari parkiran. Susah sekali mencari parkir mobil, dan akhirnya saya parkir di telaga, cukup jauh dari vanue acara. Dari lokasi parkiran saya menggunakan jasa ojek yang banyak tersedia di area parkir menuju vanue dengan merogoh kocek 20K per orang, tak jadi masalah dari pada jalan kaki (hahahahhaa).

Festival Lampion Pertama Fondina

Sesampai di vanue, sudah dipadati lautan wisatawan. Saya sudah menduga, apalagi bertepatan dengan malam minggu. Vanue pada malam ini terdapat 2 panggung acara. Yang pertama panggung jazz festival, tentunya panggung ini eksklusif karena hanya diperuntukan untuk wisatawan yang memiliki tiket dan dihibur oleh artis papan atas.

Panggung Rakyat di Festival Dieng

Panggung kedua adalah panggung rakyat yang disertai dengan festival kopi. Saya menjumpai rekan yang membuka stand kopi di panggung rakyat ini, dan tentunya panggung ini gratis kawan. Disini disuguhkan kesenian daerah yang dinikmati oleh masyarakat setempat. Siapapun bisa menikmati. Saya merekam moment kebahagian penduduk sekitar, jelas terlihat dari raut wajah mereka yang duduk sembari menikmari pertunjukan yang disuguhkan. Dinginnya dataran tinggi dieng ditambah dengan alunan musik membuat suasana semakin romantis. Beberapa pasangan bergandengan tangan, menyayi bersama menikmati malam itu, ahh syahdu sekali kawan.

Panggu Kesenian Rakyat buka Jazz gunung yak
Momen yang dinantikan akan datang, beberapa wisatawan membeli lampion yang sudah di sediakan oleh penjual dibanyak tempat. Merogoh kocek 10 – 15 K untuk mendapatkan satu lampion.
Saya mencoba membeli satu lampion, mulai membakar, berharap bisa terbang, tapi sungguh daku malang sekali kawan. Dari 3 lampion yang saya beli tak ada satupun yang bisa terbang, hahahahah. Tapi hal tesebut tak menyulutkan kebahagiaan malam itu, saya bergabung dengan beberapa kelompok lain bersama-sama menerbangkan lampion, lalu kita bernyanyi bersama. Ohh syahdunya malam itu, melihat ratusan lampion berterbangan memenuhi langit dieng, apalagi bersama kekasih disampingku 😜 (wkwkwkkwkwk).
Lampion kesekian yang gagal terbang

Jam 12 malam acara selesai, saya kembali ke parkiran mobil dengan berjalan kaki, karna banyak wisatawan lain diperjalanan, jadi tak perlu takut. Berjalan selama 15 menit, saya sudah sampai di parkiran. Malam yang dingin membuat perut keroncongan, mie rebus, nasi putih serta gorengan adalah obat yang ampuh melawan dingin.

Langit dieng penuh lampion
Di area parkir banyak warung yang berjualan. Saya memutuskan untuk mengisi perut dengan kenyang, berharap agar dingin tidak begitu menusuk tulang dan bisa tertidur lelap. Tapi dingin ini tak bisa di ajak kompromi, membuat mata sulit terpejam, saya memutuskan untuk menghangatkan diri diperapian sembari mengobrol dengan penjaga warung dan warka sekitar. Perapian ini sangat membantu menghangatkan tubuh saya, selang 2 jam mengobrol saya memutuskan kembali mencoba tidur dan terlelap.

 

Ritual Pencukuran Rambut Gimbal

Salah satu rangkaian acara yang paling dinantikan di Dieng Culture Festival adalah upacara pencukuran rambut gembel atau rambut gimbal. Upacara Ritual Adat Pencukuran Rambut Gembel kali ini diikuti oleh 11 anak perempuan yang memiliki rambut gimbal. Oh ya, diperjalanan menuju candi dari parkiran banyak sekali saya temui wisatawan yang mendirikan tenda di lapangan (gk kebayang dinginnya).

Tenang, bisa ngecamp

Saya sudah mempersiapkan diri cukup pagi untuk menghadiri rangkaian upacara ini. Acara yang molor hampir 2 jam cukup membuat kecewa wisatawan yang telah menunggu dari pagi.

Menunggu selama 2 jam diterik matahari yang cukup panas. Tapi tak menyurutkan niat saya untuk menunggu rangkaian ritual ini. Mungkin ini bisa jadi catatan untuk panitia agar kedepan untuk tidak molor dari jadwal yang telah ditentukan.

Wisatawan kepanasan 2 jam acara molor

Konon menurut legenda, anak-anak yang memiliki rambut gembal atau gimbal merupakan titisan dari para leluhur Dieng. Bagi anak laki-laki yang memiliki rambul gimbal dipercaya sebagai titisan Kiai Kaladete. Dahulunya Kiai Kaladete merupakan penguasa dataran tinggi Dieng yang bersemayam di Telaga Balaikambang. Sedangkan anak perempuan yang memiliki rambut gimbal dipecaya sebagai titisan Nyai Dewi Roro Ronce. Konon, Nyai Dewi Roro Ronce merupakan abdi penguada pantai selatan Nyai Roro Kidul. Legenda yang menguat dan mengakar bagi masyarakat Dieng ini menjadi salah satu daya tarik utama dalam Dieng Culture Festival.

Hantara untuk acara pemotongan rambut gimbal

Anak anak yang memiliki rambut gembel atau gimbal di dataran tinggi Dieng ini dikenal dengan nama anak bajang. Biasanya rambut gimbal pada anak bajang dimulai ketika mereka berumur 11 bulan sampai berumur 4 tahun. Anak-anak bajang ini akan mengalami gejala deman tinggi. Setelah sembuh dari demamnya rambut pada anak bajang akan sulit untuk disisir. Kesulitan dalam menyisir rambut inilah yang menjadikan rambut semakin hari semakin menggumpal dan menjadi gembel atau gimbal. Hal ini makin diperkuat ketika rambut gembel atau gimbal anak bajang dipotong, biasanya sang anak akan sakit atau demam setelah memotong rambut. Anak bajang biasanya akan dimanjakan oleh keluarga karena di percaya sebagai titisan leluhur dan pembawa berkat.

Kudangan Anak Rambut Gimbal / Anak Bajang Dieng

Untuk pemotong rambut anak bajang akan dilakukan upacara adat atau ruwatan. Prosesi upacara pemotongan rambut harus atas persetujuan anak dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Dalam upacara pemotongan rambut, anak bajang boleh mengajukan permintaan atau keinginan mereka. Permintaan ini disebut dengan kudangan. Kudangan pada anak bajang akan di penuhi sebagai salah satu syarat dalam upacara pemotongan rambut. Kudangan akan diberikan sesaat setelah upacara pemotongan rambut selesai.

Anak Bajang menuju Altar Candi

Upacara pemotongan rambut pada Dieng Festival 2019 ini diikuti oleh 11 anak perempuan. Tentunya dari 11 orang anak yang mengikuti upacara memiliki kudangan yang beraneka ragam. Dari 11 anak perempuan yang ikut terdapat beberapa kudangan yang unik, diantaranya: kudangan atau permintaan satu plastik kentut plus sebutir telur puyuh. Ini kudangan yang unik menurut saya. Ada juga yang mengajukan permintaan uang tunai sebesar dua ribu rupiah. Anak lain juga mengajukan kudangan es krim berwarna coklat, karena sang anak sangat menyukai es krim berwarna coklat. Lalu, ada yang mengajukan kudangan bakso ditambah sepeda pink lalu handphone android. Sungguh kudangan atau permintaan anak bajang ini sangat-sangat unik.

Pemberian Kudangan Sepeda pink, bakso dan hp
Kalau kamu yang lagi baca artikel ini pengennya dikasih kudangan apa? Silahkan komen ya. Mana tau ada yang lebih unik dari kentut satu plastik 😃.
 
Setelah prosesi pemotongan rambut pada anak bajang, rambut gembel atau gimbal tersebut akan dilarungkan ke Telaga Warna. Prosesi ritual pemotongan rambut tidak saya ikuti sampai pelarungan ke telaga warna, saya memutuskan untuk pulang kembali ke jogja. Selama perjalanan, saya terjebak macet selama 2 jam hahahhahaha. Hal seperti ini harus di perhatikan kembali oleh panitia, pastinya setelah acara selesai, wisatawan memadati jalan untuk pulang. Waktu 2 jam mungkin cukup berharga bagi wisatawn lain yang berasal dari luar kota misalnya menggunakan pesawat terbang. Sampai bertemu di Dieng Culture Festival selanjutnya.
Ps: masih berharap ada festival lampion di tahun mendatang.

One Comment Add yours

Leave a Reply