Memaknai kegagalan

Pada akhirnya saya harus pulang tanpa membawa kabar baik yang bisa saya bagikan.

Dua tahun saya berjuang untuk mendapatkan segala sesuatu yang saya inginkan akan tetapi Tuhan hadiahkan banyak kegagalan. Apakah saya marah? Tidak, saya tidak punya hak marah kepada Maha Pemberi Rezeki.

Disini saya hanya membagikan kisah. Karena saya menyadari banyak para pejuang diluar sana yang juga sering dihadiahkan kegagalan bahkan mulai putus asa.

Ada satu konsep yang mulai saya pelajari dari perjuangan panjang ini. IKHLAS

Ikhlas jika diucapkan adalah hal yang mudah. Tapi jika diamalkan adalah sesuatu yang sulit.

Setiap usaha yang saya lakukan sudah saya awali dengan ikhlas. Saya ikhlas untuk gagal. Saya tidak terlalu berharap banyak terhadap hasil yang akan saya dapatkan. Saya sudah siap jika hasilnya baik maupun tidak baik. Yang saya usahakan adalah berjuang semaksimal mungkin.  Benar-benar usaha yang paling maksimal.

Saya menyadari peluang dosen pariwisata terbuka sangat lebar, akan tetapi background pendidikan S1 saya bukanlah dari Pariwisata. Seringkali saya gagal dalam seleksi administrasi. Akan tetapi ketika saya lolos ke seleksi selanjutnya saya selalu memaksimalkan usaha yang saya lakukan. Karena saya benar-benar ingin menjadi dosen.

Saya juga belajar ikhlas dengan tidak mengingat-ngingat proses tes yang saya lalui, dengan tidak kepo terhadap nilai orang lain dan tidak memikirkannya apalagi berlarut-larut. Jika tes sudah berlangsung saya berusaha melupakan. Saya ikhlaskan apapun hasilnya. Saya juga tidak merasa khawatir apakah saya diterima atau tidak, karena saya sudah berusaha dengan sangat maksimal.  Satu hal lagi yang saya yakini, jika  itu sudah ditakdirkan untuk saya, maka saya akan mendapatkannya. Saya hanya menaruh harapan dan berdoa semoga saya bisa diterima. Kalau belum, berarti belum rezeki saya.

Hal ini tidak terjadi begitu saya. Saya seperti ini berkat kegagalan-kegagalan yang dihadiahkan Tuhan. Hal ini yang membuat saya kuat dan semakin belajar apa itu berproses, gagal dan ikhlas. Yang terpenting seberapa besar kegagalan menghampirimu tetaplah berusaha, jangan pernah larut, selalu optimis. Sedih boleh, tapi secukupnya. Selalu evaluasi setiap kegagalan yang kamu dapatkan. Jadikan ini bekal untuk perjuangan selanjutnya.

SEMANGAAT!!! 


Kadang saya berfikir, kenapa saya tidak menulis cerita perjalanan dan liburan saja. Kenapa saya harus membagikan hal-hal sulit yang saya lalui. Tapi saya menyadari satu hal yang mendasar, hidup seperti koin dua sisi, ada gagal dan berhasil. Hidup seperti cuaca, kadang cerah, mendung bahkan hujan badai. Semua silih berganti, sejauh mana kita memaknai “cuaca” yang menghampiri kita hari ini. Jangan terlalu larut meratapi badai yang datang menghampiri, ingatlah hari cerah yang pernah kita lalui karena musim silih berganti.

Setiap orang ada masanya. Setiap masa ada orangnya. Ini yang selalu dikuatkan olah sahabat karib saya.

 

Leave a Reply