Hari ini sudah terlewati. Jleeb, seketika saya tertegun – saya terdiam. Saya resapi kata “ter-le-wa-ti”. Cukup sepele, tapi benar adanya – sudah terlewati.
Hari itu cukup berat buat saya. Hari yang saya tunggu sedari lama. Saya mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Ibarat di peperangan, saya sudah mempersiapkan senjata-senjata yang akan saya pakai. Saya sudah memetakan strategi yang tepat.
Tapi kenyataan berkata lain. Medan perang yang saya hadapi jauh berbeda. Semua senjata yang saya persiapkan tak bisa saya gunakan. Strategi yang saya tata serapi mungkin, buyar, hancur, meleset jauh dari perkiraan.
Manusia memang hanya bisa berencana, tapi segala rencana Tuhan yang menentukan.
Sedih, tentu. Karena apa yang saya persiapkan tidak bisa saya gunakan. Jika pun saya memberontak mengutuk diri mengucap segala sumpah serapah, itu tak akan merubah apa yang sudah terjadi, karena semua diluar kuasa saya.
Saya hanya bisa memegang kendali atas diri saya sendiri dan saya sudah buktikan dengan segala persiapan yang saya lakukan.
Perkara berhasil atau tidak, biar Yang Kuasa yang menentukan.
Tak ada gunanya saya mengutuk diri, toh sudah terlewati, sudah berlalu.
Toh saya masih baik-baik saja. Dan hari yang cukup berat ini bisa saya lewati.
Yang perlu saya tempa adalah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi.
Saya percaya, Tuhan punya rencana lain dan kelak akan saya temukan alasannya.