Sebuah kata yang spontan terucap saat saya mewawancarai Uni Wila untuk Podcast Fondina. Tentu kalimat ini cukup menarik buat saya.
Saya yang lahir dan tumbuh besar di kaki Bukit Barisan, membenarkan hal ini.
Semenjak saya merantau, melihat hal yang jauh diluar Bukit Barisan membuat saya belajar banyak hal. Belajar kesabaran, belajar perbedaan, merasakan hidup yang benar-benar hidup (kerasnya tanah rantau) dan membentuk pola pikir baru yang tidak akan saya dapatkan ketika saya tetap berada dikungkungan bukit barisan.
Saya dan Uni Wila merasakan bahwa tanah rantau menempa kami begitu besar. Bukan untuk menjual iba dengan konteks “anak petani”. Tapi perjuangan anak-anak petani dari desa-desa terpencil diluar sana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah perjuangan yang luar biasa.
Saya sangat megapresiasi pemerintah atau instansi-instansi pemberi beasiswa membentuk kriteria khusus untuk daerah-daerah tertinggal salah satunya Afirmasi 3T LPDP. Saya sering mendengar teman-teman dari kota-kota besar yang bilang “enak ya kamu kategori afirmasi, lebih gampang, lebih diutamakan, TOEFLnya juga nggak tinggi-tinggi”.
Wahai teman-teman ku yang lahir dan tumbuh di kota atau dari keluarga yang berpendidikan maupun berada. Ketahuilah mereka yang dari daerah tertinggal, dari keluarga petani, memiliki kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah hal yang luar biasa. Sangat jarang hal ini terjadi. Karena sangat sedikit dari mereka yang mau sekolah. Mentok di SMA lalu menikah atau bekerja.
Mereka tidak pernah mendapatkan nasihat
“nak nanti ditahun xx pekerjaan A adalah pekerjaan yang paling dicari. Bapak mau kamu masuk jurusan B saja, ilmu mu terpakai dan kamu bisa mendapatkan pekerjaan A”
“nak Bapak mau les-in kamu Bahasa A, B, dan C. Kelak bahasa ini akan terpakai di dunia kerja dan akan membantumu di masa depan”.
Hal tersebut mustahil saya temui dari keluarga petani. Mereka tidak memikirkan hal yang demikian. Yang mereka pikirkan besok mau makan apa, mau kerja di ladang atau sawah orang yang mana. Hal ini tentu beralasan, karena rata-rata pendidikan yang mereka tempuh hanya SD, SMP, bahkan tidak sekolah.
Saya banyak menjumpai hal seperti ini di desa saya sendiri dan hal ini juga yang saya rasakan sebagai keluarga petani.
Jadi keluarlah dari kungkungan Bukit Barisan. Niat baik untuk sekolah pasti dipermudah jalannya oleh Yang Maha Kuasa. Tetap semangat buat adik-adik atau teman-teman dari Solok Selatan khususnya maupun dari daerah-daerah lain. Perjuangan untuk sekolah memang tidak mudah tapi itu keniscayaan untuk bisa digapai.