Kawah Ijen, Blue Fire Sang Pemikat Hati

Kawah Ijen memiliki pesona tersendiri, sangat sayang untuk tidak dikunjungi.

Road Trip Banyuwangi  – Kawah Ijen

Destinasi pertama yang saya kunjungi ketika liburan ke Banyuwangi adalah Kawah Ijen. Pada road trip kali ini saya menggunakan mobil pribadi dengan rute perjalanan Jogja-Surabaya-Situbondo-Bondowoso dengan tujuan ke base camp Kawah Ijen yaitu Bumi Perkemahan Paltuding yang terletak di perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi. Total perjalanan yang saya tempuh dari Jogja hingga Bumi Perkemahan Paltuding kurang lebih 13 jam. 

Bumi perkemahan Paltuding Ijen

Saya sampai di Bumi Perkemahan Paltuding pukul 5 sore. Sesampainya disana saya disambut dengan cuaca yang sangat dingin, pengunjung masih sepi, dan ada beberapa warung yang masih buka. Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari homestay untuk beristirahat. Ada beberapa homestay disekitar Bumi Perkemahan Paltuding dengan harga 300K-350K permalam. Karena harga yang cukup mahal, akhirnya saya memutuskan untuk tidur di mobil saja. Parkiran di Bumi Perkemahan Paltuding sangat luas dan banyak warung makan yang buka dan menyediakan teras untuk duduk dan beristirahat. Saya memesan soto dan teh jahe hangat untuk makan malam. Biaya makan di warung cukup terjangkau dengan harga satu porsi soto 10K dan teh hangat 3K, cukup murah bukan. Jam 7 malam sudah ada beberapa orang yang berdatangan sekedar beristirahat untuk melakukan pendakian. Jam 10-11 malam lebih banyak lagi yang berdatangan karena pendakian menuju Kawah Ijen dibuka pukul 1 malam. Saya beristirahat sampai jam 12 malam lalu bersiap-siap mengganti pakaian dan memeriksa perlengkapan pendakian.

Perlengkapan Pendakian Gunung Ijen

Pemandangan Puncak Ijen

Perlengkapan yang saya siapkan adalah 2 buah jaket, sarung tangan, shal, topi dan 3 botol air mineral ukuran sedang lalu satu bungkus roti. Tidak lupa saya menyewa masker respirator (untuk menjaga pernapasan dari tajamnya bau belerang di puncak maupun kawah gunung ijen) dan lampu senter untuk pendakian. Saya merogoh kocek 25K untuk menyewa masker dan senter. Sebelum pendakian saya kembali memesan mie rebus dah teh hangat untuk penambah stamina. Pukul 1 saya mulai melakukan pendakian. Saya membayar retribusi 5 ribu weekday untuk satu orang. Retribusi berbeda untuk weekend dan wisatawan mancanegara. Jangan difikir pendakian ke kawah ijen sepi. Pendakian sangat-sangat ramai. Ada yang menggunakan jasa guide ada yang berkelompok sambari membawa speaker pemutar music. Ada yang pasangan dan beberapa wisatawan mancanegara. Ada juga yang menggunakan jasa ojek troli jika memang stamina tidak cukup kuat untuk mendaki sampai ke puncak gunung ijen.

Biaya Ojek troli Ijen

Biaya yang dikeluarkan untuk jasa ojek troli sekitar 600-800 ribu rupiah untuk naik dan turun gunung. Silahkan saja bagi teman-teman yang berkeinginan melihat fenomena blue fire tetapi tidak cukup stamina untuk mendaki bisa menggunakan jasa ojek troli tapi tentu akan cukup merogeh kocek yang cukup mahal 300 – 400 ribu untuk naik.

Tak perlu jasa guide menuju Ijen

Terkait medan pendakian menuju puncak ijen, tenang saja jalan yang ditempuh sudah sangat bagus cukup lebar dan jangan takut untuk kesasar karena hanya ada satu jalur yang sangat lebar dan beberapa ada yang sudah disemen. Tidak perlu takut kesepian juga karena disepanjang perjalanan banyak sekali para pendaki lainnya.

Pemandangan Kawah Ijen

Namanya juga gunung pasti mendaki dong ya, yuhuii pendakian ke gunung ijen cukup menguras tenaga, dengan perjalanan yang selalu menanjak dan berliku. Lebih dari 5 KM untuk sampai ke puncak dengan perjalanan 3 jam.  Untuk sampai ke pos pemberhentian pertama akan menempuh jarak 4 KM. Dari pos pemberhentian pertama saya mulai mencium bau belerang yang cukup tajam. Mulai persiapkan masker ya gaiss. Kalaupun kalian lupa membawa masker, di pos pemberhentian ini adak kok yang nyewain masker dengan harga 25K per masker.

Bau belerang yang menyengat di Puncak Ijen

Perjalanan dengan bau belerang yang cukup tajam dimulai. Di pos pemberhentian pertama dipenuhi pendaki lainnya untuk beristirahat termasuk saya. Dengan napas yang mulai ngos-ngosan ditambah bau belerang yang mulai memicu sakit pada dada saya. Dari sini saya mulai belajar memakai masker. Pertamakali saya memakai masker respirator dengan ukuran yang cukup besar membuat saya kurang sedikit nyaman saat memakainya, ditambah talinya yang sering kedodoran di rambut saya. Akhirnya saya memutusakan untuk menopang menggunakan tangan. 

Tips mengurangi bau belerang di Puncak Ijen 

Pelajaran yang pertama yang saya dapatkan adalah bernapas menggunakan mulut, hirup dan hembuskan melalui mulut agar bau belerang tidak tercium lagi. Bagi saya yang memiliki riwayat asma akan sedikit kewalahan, mulai dari mengaur napas melalui mulut, stamina yang mulai habis, jalan yang terus menanjak dan dada mulai sakit. Setelah pos pemberhentian pertama itu saya mulai kehabisan stamina, setiap 10 langkah saya berhenti, menstabilkan detak jantung yang mulai berdetak sangat cepat. Satu tips lagi untuk mengurangi bau belerang yang mulai menyengat dengan membasahi sapu tangan lalu ditempelkan ke hidung dan mulut agar bau belerang berkurang dan menyegarkan kembali pernapasan. Ini sangat membantu saya agar pernapasan tetap stabil.  

Sampai di puncak Ijen belum bisa liat blue fire

Jam tangan telah menunjukan pukul 3.10 saya masih belum sampai ke puncak. Baru setelah pukul 3.45 saya sampai di puncak gunung ijen. Sebuah miskomunikasi yang saya terima. Saya pikir setelah sampai puncak ijen saya akan langsung melihat blue firenya. Ternyata tidak semudah itu ferguso. Teman-teman bisa memilih untuk stay saja di puncak gunung ijen atau menuruni kawah. Dari atas gunung jika beruntung juga bisa melihat fenomena blue fire. Semua tergantung arah angina, jika angin dari dasar kawah berhembus keatas kita bisa melihat blue fire tapi jika angin tidak berhembus ke atas, blue fire akan tertutup oleh asap. Saya memilih turun dong, karena saya pikir tidak jauh untuk turun, wkwkwkkwkw. Saya turun menuju kawah untuk bisa melihat fenomena blue fire secara dekat.

Potret Blue Fire dari dekat

Tidak butuh guide menuruni Kawah Ijen

Pukul 4.00 saya mulai berangsur2 menuruni bebatuan menuju kawah ijen. Ada beberapa bapak-bapak yang menawarkan jasa panduan untuk menuruni kawah. Tapi saya memilih sendiri saja karena banyak pendaki lainnya yang juga turun kekawah. Medan menuju kawah ijen dipenuhi bebatuan sulfur. Saya harus sangat berhati-hati, mengingat ada beberapa medan yang cukup curam dan licin. Saya membuthkan hampir satu jam untuk turun sampai ke kawah dan melihat secara langsung blue fire dari dekat. Subhanaulah, benar-benar indah dan menabjukan. 

Bebatuan terjal menuruni kawah ijen

Tapi saya tidak bisa melihat terlalu lama karna asap dan bau belerang membuat mata sakit. Setelah beberapa jepretan dan perenungan di bawah kawah ijen saya memutusakan untuk kembali ke atas untuk melihat sunrise. Jam menunjukan pukul 5 pagi, langit sudah mulai melihatkan jingganya. Dari bawah saya baru menyadari bahwa perjalanan yang akan saya tempuh menuju puncak ijen sangat panjang dan tinggi. Hahhahaha, tetap semangat dong, dengan prinsip alon-alon asal kelakon. Dari kawah saya juga berjumpa dengan bapak-bapak yang berprofesi sebagai pengangkut belerang. Mereka menggunakan 2 keranjang anyaman yang dipukul dari kawah menuju puncak ijen. Jangan tanya beratnya, lebih dari 150 kg.

Banyak spot foto bagus di Puncak Ijen

Sampai di pertengahan jalan menuju puncak gunung ijen sunrise sudah terlihat dengan sangat indahnya. Tidak lupa jepret beberapa foto dong. Saya juga melihat dengan jelas kawah gunuh ijen. Sangat amat bagus, dan menabjukan. Saya baru sampai di atas puncak ijen pukul 6 pagi. Mulailah mencari spot foto yang ciamik dengan latar belakang kawah ijen. Kita bergeser ke puncak sebelah kiri dari kawah untuk mencari spot foto. Setelah ketemu spot foto yang ciamaik, tau-tau kawahnya mulai tertutup asap belerang, yah yah yah gagal dong. Tapi sesi fotonya tetap berlanjut, walaupun kawahn tidak terlihat begitu jelas. Puas sejam foto-foto saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju base camp.

Pemandangan kawah ijen

Jangan lewatkan naik ojek troli saat turun Puncak Ijen (lebih murah)

Dari puncak gunung ijen beberapa bapak-bapak kembali menawarkan jasa ojek troli untuk turun dengan harga 200K per orang. Hmmm cukup menggiurkan, karena perjalanan kali ini hanya turunan saya memutuskan untuk jalan kaki saja. Ternyata di perjalanan turun banyak sekali spot foto yang ciamik dengan pemandangan perbukitan dan gunung. Cekrek cekrek cerek, beberapa pose telah didokumentasikan.

Jangan lewatkan untuk berfoto terlebih dahulu sebelum naik ojek troli ya

Lalu sampaikan saya menuju tempat permberhentian pertama itu. Ada beberapa mas-mas yang kembali menawarkan jasa ojek troli dengan harga 100K per orang. Huh huh huh, ku mulai tergiur alehandroh, akhirnya saya melakukan negosiasi dengan harga 100K untuk 2 orang, awalnya hanya negosiasi iseng saja, kalau masnya tidak mau saya juga berniat berjalan sampai kebawah.

Akhirnya deal dengan harga 100K. Ku sangat senang mencoba naik ojek troli. Rasanya ngeri-ngeri sedap, melihat medan yang cukup landai dengan beberapa tikungan. Untung rem ojek troli sangat mantap jiwa, sehingga ku tak perlu takut lagi bertemu turunan yang merangkap tikungan. Selama perjalanan turun kebawah tidak ku lepaskan kesempatan untuk mengobrol dengan mas si pemberi jasa ojek troli. Sebut saja Mas Dimas, usianya kurang lebih 30 tahunan. Sudah berkerja jadi jasa ojek troli sekitar 4 tahun. Mas dimas bilang ada sekitar 150 orang yang bekerja sebagai penyedia jasa ojek troli. Penyedia jasa ojek troli hanya mempunyai wewenang untuk membawa wisatawan yang berkunjung ke gunung ijen. Mereka tidak bisa merangkap menjadi pembawa belerang dari puncak gunung. 

Jadi bisa disederhanakan ada 3 divisi di gunung ijen. Satu, divisi tambang yang terdiri dari penambang belerang yang berada di kawah, penambang yang hanya mengangkut belerang dari kawah menuju puncak menggunkan 2 keranjang dan penambang yang membawa belerang dari puncak menuju pos tiket menggunakan troli. Dua, divisi jasa penyedia ojek troli yang hanya menggangkut wisatawan dari pos tiket menuju puncak gunung ijen. Tiga, divisi wisata yang mengurus tiket, akses, dan fasilitas wisatawan yang ingin mendaki ke gunung ijen. Troli yang digunakan untuk mengangkut belerang dan mengangkut wisatawan juga berbeda. Troli belerang tidak dilengkapi dengan busa untuk wisatawan. Keasikan ngobrol dengan mas dimas sehinga tak terasa saya telah sampai di pos tiket. Terimakasih mas dimas yang telah membantu saya turun dari pos pemberhentian pertama menuju pos tiket. Saya sangat senang bisa merasakan naik ojek troli di kawah ijen.

Ojek troli kawah ijen

Siap siap baju bau belerang

Sesampainya di parkiran mobil, saya mulai bersih-bersih. Baju yang saya pakai sudah mulai menyengat bau belerang. Semua pakaian akan bau belerang, tak terkecuali pakaian dalam. Untuk itu sesampai di parkiran jangan lupa untuk mandi atau sekedar mengganti semua pakaian dan menaruhnya di kantong plastik yang berbeda. Sampai sekarang setelah pakaian saya laundry, bau belerang belum juga hilang seutuhnya. Hmmh hm hmmmm saya akan mencari cara untuk meghilangkan bau belerang dari baju yang saya pakai sewaktu mendaki ke gunung ijen. Sekian perjalanan singkat saya menuju kawah ijen. Total 10 KM perjalanan dari pos tiket menuju puncak lalu kawah lalu kembali menuju pos pemberhentian pertama karena saya turun menggunakan ojek troli. Hal tersebut saya simpulkan karena sewaktu pendakian saya menggunakan smart watch untuk menghitung langkah, KM perjalanan dan detak jantung. Semoga saya diperkenankan untuk kembali melihat fenomena blue fire yang memikat hati. Sekian perjalanan ke kawah ijen. Terimakasih telah membaca blog saya, silahkan komen jika ada yang ditanyakan terkait perjalanan ke kawah ijen. With love, FONDINA.

5 Comments Add yours

Leave a Reply